Puisi Untuk Yang Masih Merasa Dirinya Seorang Muslim
Wahai akhifillah, beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Jika milik kita yang suci dihina,
dan tempat kita dihancurkan,
dan kau tidak menjadi marah?
Jika sifat ksatria kita dibunuh,
dan kehormatan kita diinjak-injak,
dan dunia kita berakhir,
dan kau tidak menjadi marah?
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Jika sumberdaya kita dirampas,
dan institusi kita diruntuhkan,
dan masjid-masjid kita dihancurkan,
dan masjid al-Aqsa dan al-Quds kita
tetap dirampas,
dan kau tidak menjadi marah?
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Musuhku, atau musuhmu,
menghina kehormatan,
darahku dijadikan mainan oleh dia,
dan kau jadi penonton permainan.
Jika untuk Allah, untuk suatu yang suci,
untuk Islam kau tidak marah,
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Aku melihat kengerian,
Aku melihat darah mengucur.
Wanita-wanita tua mengiringi
anak-anak menjemput maut mereka.
Aku telah melihat segala macam bentuk penindasan.
Dan kau tidak menjadi marah.
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Dan kau duduk seperti boneka bisu,
perutmu memenuhi kantor.
Kau habiskan malam banggakan angka-angka,
dengan uang, curahkan dirimu kepada berkas-berkasnya.
Aku melihat kematian diatas kepala-kepala kami.
Dan kau tidak menjadi marah.
Jadi terus terang saja padaku,
jangan malu-malu:
kamu ada di Ummat yang mana?
Jika kau juga derita, apa yang kami derita,
tidak menjadikan kamu ingin membalas,
maka tidak usah repot.
Karena kamu bukanlah kami, maupun bagian dari kami,
bahkan kamu bukan bagian dari dunia manusia.
Jadi hiduplah sebagai kelinci,
dan matilah sebagai kelinci.
kapankah kau akan marah?
Jika milik kita yang suci dihina,
dan tempat kita dihancurkan,
dan kau tidak menjadi marah?
Jika sifat ksatria kita dibunuh,
dan kehormatan kita diinjak-injak,
dan dunia kita berakhir,
dan kau tidak menjadi marah?
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Jika sumberdaya kita dirampas,
dan institusi kita diruntuhkan,
dan masjid-masjid kita dihancurkan,
dan masjid al-Aqsa dan al-Quds kita
tetap dirampas,
dan kau tidak menjadi marah?
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Musuhku, atau musuhmu,
menghina kehormatan,
darahku dijadikan mainan oleh dia,
dan kau jadi penonton permainan.
Jika untuk Allah, untuk suatu yang suci,
untuk Islam kau tidak marah,
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Aku melihat kengerian,
Aku melihat darah mengucur.
Wanita-wanita tua mengiringi
anak-anak menjemput maut mereka.
Aku telah melihat segala macam bentuk penindasan.
Dan kau tidak menjadi marah.
Jadi beritahu aku,
kapankah kau akan marah?
Dan kau duduk seperti boneka bisu,
perutmu memenuhi kantor.
Kau habiskan malam banggakan angka-angka,
dengan uang, curahkan dirimu kepada berkas-berkasnya.
Aku melihat kematian diatas kepala-kepala kami.
Dan kau tidak menjadi marah.
Jadi terus terang saja padaku,
jangan malu-malu:
kamu ada di Ummat yang mana?
Jika kau juga derita, apa yang kami derita,
tidak menjadikan kamu ingin membalas,
maka tidak usah repot.
Karena kamu bukanlah kami, maupun bagian dari kami,
bahkan kamu bukan bagian dari dunia manusia.
Jadi hiduplah sebagai kelinci,
dan matilah sebagai kelinci.
Post a Comment