Waving Flag : Lagu World Cup 2010 Yang Penuh Tersirat
Demam piala dunia menjengah. Sukan yang memiliki fenomena tersendiri ini menyeret hampir seluruh umat manusia dunia untuk turut menyibukkan diri dengannya.
Segala isu yang menjadi perbincangan hangat sebelumnya lesap begitu saja dibakar bahang panas piala dunia. Sebut saja apa isunya, ia tidak akan mampu memadamkan marak bahang panas Sang Piala.
Segala isu yang menjadi perbincangan hangat sebelumnya lesap begitu saja dibakar bahang panas piala dunia. Sebut saja apa isunya, ia tidak akan mampu memadamkan marak bahang panas Sang Piala.
Pun begitu, masih ada beberapa faedah yang boleh kita kongsikan bersama melalui sukan berprestij ini. Antaranya, berkenaan lagu temanya, Waving Flag.
Ini adalah seperti apa yang dicoretkan FT melalui blog beliau,
“Lagu puisi ini ialah tentang keadilan yang belum kesampaian. Tetapi keadilan itu tentu pasti. Sangat pasti. Tipu helah akan kalah satu hari nanti. Kita semua akan diselamatkan. Akan ada penyelamat kembali.
Bahagian Waving Flag yang paling dominan di telinga saya ialah, 'But we struggling, fighting to eat, and we wondering, when we'll be free, so we patiently wait, for that faithful day, it's not far away, but for now we say,'. Ya, kita menanti dengan sabar, hari itu akan tiba, dan ia tidak jauh. Sementara menanti kita akan membesar, membesar dan membesar lalu melawan, melawan dan terus melawan. Bendera itu akan berkibar kelak.
"Bendera keadilan dan kesejahteraan”
Itu kata beliau. Kata saya, piala dunia dan lagunya ini masing-masing punya gabungan makna yang mengajak kita berfikir.
Menariknya, dalam perhimpunan seluruh umat manusia dunia yang mahu menyaksikan sukan gergasi ini, mengingatkan saya tentang alam nanti, alam ketika seluruh umat manusia dikumpulkan.
Di sini, sekali lagi lagu Waving Flag menyampaikan mesej baiknya apabila saya memikirkan bahawa sekalian manusia nantinya akan mengikut bendera-bendera yang masing-masing ketika hidupnya dulu mereka bersungguh-sungguh di dalamnya.
Seperti kata Bunga, gadis peserta pildacil lewat persembahannya menerusi tajuk ‘Hari Perhitungan Amal Manusia’. Kala itu, gadis itu menyebut, ‘yang putih ikut bendera putih, yang hitam ikut bendera hitam, manakala yang belang-belang, maka ikutlah bendera belang-belang.’
Maka kita ini, agaknya bendera mana kita akan ikut?
Adakah di belakang bendera Sahabat nabi, Muaz bin Jabal radiyallahuanhu bersama seluruh ulama lain?
Atau nantinya kita akan mengikut bendera dipegang Bilal bin Rabah Radiallahuanhu yang bersama beliau sekalian muazzin yang selalu mengajak manusia kepada sujud dan ruku' kepada Allah?
Mungkin juga nantinya kita tiada bendera langsung.
Seperti halnya kita, rakyat Malaysia yang tidak pernah layak ke piala dunia.
"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul [Nya], mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
[surah an-Nisa’ ayat 69]
[surah an-Nisa’ ayat 69]
Post a Comment